Bupati Jayawijaya Atenius Murip Resmi Menutup Festival Budaya Lembah Baliem ke-33 Tahun 2025
- Redaksi
- Sabtu, 09 Agustus 2025 21:19
- 52 Lihat
- Berita Umum

JAYAWIJAYA , Media Budaya Indonesia. Com – Bupati Jayawijaya Atenius Murip secara resmi menutup kegiatan Festival Budaya Lembah Baliem (FBLB) ke-33 tahun 2025, Sabtu (9/8/2025) siang. Acara penutupan yang digelar di Lapangan Distrik Usilimo itu disaksikan oleh puluhan ribu wisatawan, baik dari dalam negeri maupun mancanegara.
Festival yang berlangsung sejak 7–9 Agustus 2025 selama tiga hari ini berhasil menarik minat wisatawan untuk berkunjung ke Kabupaten Jayawijaya, menikmati keindahan alam, serta menyaksikan budaya asli masyarakat setempat.
Dalam sambutannya, Bupati Atenius Murip menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah mendukung kelancaran acara, khususnya TNI/Polri dan Kementerian Pariwisata, yang membantu memperkenalkan budaya asli Jayawijaya ke dunia internasional.
"Awalnya kita jadwalkan penutupan acara pada pukul 12.00 WIT. Namun, karena antusiasme masyarakat dan wisatawan begitu tinggi untuk menyaksikan atraksi tarian dan perang-perangan, penutupan baru dilakukan pada pukul 14.00 WIT,” ujar Atenius.
Bupati juga menambahkan bahwa selama tiga hari pelaksanaan festival, cuaca selalu cerah, yang menurutnya merupakan bentuk berkat dan restu Tuhan.
"Hari pertama hingga hari ketiga, kita melihat antusiasme masyarakat yang luar biasa. Festival Budaya Lembah Baliem ke-33 ini membawa pesan: Tanahku Budayaku, Dari Tanah Jayawijaya untuk Dunia,” ungkapnya.
Festival Budaya Lembah Baliem merupakan ajang tahunan untuk melestarikan budaya masyarakat Lembah Baliem (suku Hubula, Lani, Yali, Ngalik, Nduga, Walak, dan lainnya). Acara ini biasanya digelar pada bulan Agustus, menampilkan berbagai kekayaan budaya seperti bahasa daerah, cerita rakyat, tarian tradisional, kerajinan tangan (noken, ukiran kayu, koteka, tombak, sali/rok rumbai kayu), hingga atraksi perang suku tiruan sebagai puncak acara.
Festival ini telah diselenggarakan sejak tahun 1989 dan menjadi salah satu daya tarik utama pariwisata Papua.
(Ferry Sang)